Sabtu, 13 Februari 2010

MENGUMPAT - ALIAS NGE-REPEK ALIS NGE-DUMEL


Saya kurang tau persis hal apa yang membuat pola hidup masyarakat di sekitarku ini sedemikian dahsyat. Pola hidup tak mau ambil pusing, sombong dengan kekayaan, pangkat dan jabatan serta tak mau ketinggalan mentalitas sebagian atau kebanyakan orang dalam berbusana sekaligus berpacaran. Kedahsyatannya mampu menjebolkan kekokohan etika dan norma religiusitas yang selama berlaksa-laksa tahun dipegang sebagai pedoman hidup dan cita-cita surgawi. Akal dan fikiranku menjadi kocar-kacir jika menyaksikan tingkah polah anak-anak muda yang mengitariku setiap detik. Telingaku menjadi tuli jika mendengar betapa lantangnya suara mikropon masjid mengajak manusia supaya meniti jembatan yang sudah ditentukan Ilahi – mana baik dan salah. Namun itu semua sia-sia dan tidak dianggap.

Pernah aku merasa frustasi dan memohon kepada-Nya, “Engkau gulung saja kehidupan ini, jika segala sesuatunya tidak bertanggungjawab. Mengapa Engkau biarkan manusia seperti itu yang justru ditimang-timang dalam kenikmatan-Mu, sementara orang-orang saleh dan apa adanya menjalani hidup tidak pernah Engkau gubris keberadaannya”. Berkali-kali aku protes, dan berkali pula protesku, SALAH!.

Jika demikian, ingin rasanya aku membuat film “ADA APA DENGAN ENGKAU”

Dunia jungkir balik. Engkau bisa dibilang “kampungan” jika hari gini masih perawan. Atau engkau akan dikatakan “bandot” jika hari gini belum pernah “ngentot”.

Ada seorang ibu atau bapak, tau persis jika anaknya tersesat dalam dunia prostitusi, sebagai wanita simpanan, atau wanita jadi-jadian, namun dengan enteng mereka pura-pura tidak tau – bahkan hidupnya menjadi sombong. Setoran rutin dari anaknya per-bulan sekian juta, digembar-gemborkan sebagai uang halal hasil kucuran keringat anak-ku sebagai pelayan di salah satu warung kopi, karyawan toko, atau penjaga wartel pinggiran kota.

Atau mental perempuan genit, dengan gemulai menebarkan pesonanya kepada tiap lelaki, lantaran sudah sekian bulan ditinggal suaminya kerja di Malaysia, dengan manis ia minta digarukkan jempol kakinya yang mulai gatal. Dan tidak ketinggalan pula, trend busana yang mulai menggila – semakin sopan engkau berbusana, semakin jauh engkau tertinggal. Namun sebaliknya, semakin telanjang – semakin dekat engkau dengan surga dalam hidupmu.

Atau mental lelaki hidung lebar yang tidak tahan menahan “konak”, jika merasa hidupnya lumayan enak dari segi ekonomi – dengan santai ia merayu sang-istri untuk kawin lagi. Lalu, di suatu malam – istri pertama harus rela mati-matian menahan cemburu sekaligus amarah, lantaran sang-suami numpang tidur di antara dua paha istri ke-dua. Mereka mendesah dalam pergulatan nafsu yang tak mampu dihentikan, kecuali orgasme mereka.

Sesekali, pernah juga terdengar beberapa Pegawai Negeri mulai melupakan sumpah yang ia ucapkan di depan kitab sucinya. Kitab suci tak lebih hanya tumpukan ber-ratus mungkin ber-ribu kertas yang lalu dijilid sebagai buku suci. Kesakralan dan ke-Ilahian-nya tak berpengaruh apa-apa. Karena gaji yang dirasa kurang mencukupi kebutuhan hidup biar dibilang “ngetrend”, ia tersesat dalam lingkaran dunia hitam.

Atau seorang kakek renta, dengan sisa nafas yang tinggal sepenggal, menyempatkan kemaluannya bergerilya mencari lubang, untuk yang terakhir kali mencoba betapa nikmat dan hangatnya kemaluan anak gadis berusia 7 atau 8 tahun-nan.

Jujur, aku cemburu dengan itu semua.

Jika sudah begitu, aku ingin menjelma sebagai pahlawan bertopeng yang mampu menegakkan kebenaran di atas dengkulmu. Ingin kumaki-maki semua orang yang melenceng hidupnya untuk kutata sedemikian rupa, agar tidak lagi zig-zag susunannya, ingin kuangkat tinggi-tinggi syari'at bahkan jika mampu kumasukkan ke dalam urat syaraf mereka agar tidak eror.

Tapi Tuhan berbicara lain, "Jika Aku mau, niscaya Kuseragamkan manusia ini - tetapi tidak, bukan itu maksud-Ku menciptakan manusia di dunia ini. Biarkan mereka tidak seragam, justru dengan ketidak-seragaman itu-lah, manusia berada di level tertinggi di antara makhluk-makhluk lainnya termasuk Malaikat-pun, seandainya mereka mampu menjaga dan memelihara keimanannya kepada-Ku".

Kalau ingat itu, biasanya aku langsung istigfar.

Aku bukan siapa-siapa, hanya mampu berdo'a sekaligus mendo'akan "Ya Alloh Ya Tuhanku, sumpah...hamba mohon jaga dan peliharalah imanku kepada-Mu". Tidak lupa, aku juga akan mendo'akanmu, mudah-mudahan suatu saat Alloh menggugah nurani keimananmu semua, engkau orang-orang yang ada di sekelilingku dan kebetulan sekarang ini masih zig-zag. Amin...